Kisah Penjaga Tungku Panas di Inalum, Utamakan Keselamatan hingga Tak Ada Toleransi Kesalahan
MEDAN, iNews.id – Sejumlah pekerja berkumpul di dekat tungku (pot) peleburan bernomor 102 di Potline-1 Pabrik Peleburan Alumina PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Kuala Tanjung, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara (Sumut). Mereka tengah bekerja membersihkan bongkahan katoda yang terjatuh ke dalam tungku peleburan.
Mereka bekerja perpeluh-peluh di tungku bersuhu hampir 1.000 derajat celcius. Konsentrasi penuh dituntut, karena satu kesalahan bisa berakibat fatal, mulai luka bakar hingga kematian.
Para pekerja dilengkapi perlengkapan keamanan. Mulai dari pakaian antiapi, super tebal, helm plastik, kacamata berbahan serat kaca, sarung tangan kulit, sepatu kulit berpenopang besi serta handuk putih tebal yang setia melingkar di leher. Semuanya digunakan untuk melindungi diri, khususnya dari serpihan debu dan katoda yang masih membara saat proses pembersihan.
Pekerja di pabrik penuangan aluminium PT Inalum di Kuala Tanjung, Batubara, Sumatera Utara membersihkan karbon dari mesin yang digunakan untuk pencetak aluminium. (Foto: iNews/Wahyudi Aulia)
Pabrik peleburan Inalum di Kuala Tanjung ini sudah beroperasi sejak tahun 1982. Total ada 3 Potline dengan 510 tungku peleburan di pabrik tersebut. Setiap Potline memiliki sekira 170 tungku dengan kapasitas produksi 1,4 ton aluminium dalam sehari.
Pabrik ini memanfaatkan energi listrik untuk proses elektrolisis di dalam tungku peleburan. Listrik didapat dari pembangkit listrik tenaga air di Sungai Asahan yang terkoneksi langsung ke pabrik.
Proses elektrolisis melibatkan katoda agar dapat menghasilkan suhu panas tinggi guna meleburkan bahan baku alumina menjadi aluminium cair.
Secara normal, proses peleburan alumina menjadi aluminium cair berjalan secara otomatis lewat pipa-pipa yang terpasang dari silo (tangki) penyimpanan alumina ke tungku peleburan. Namun dalam prosesnya, bongkahan katoda yang digunakan kerap kali terjatuh ke dalam tungku. Padahal tungku harus selalu dalam keadaan bersih agar alumina yang dilelehkan di tungku bisa menjadi aluminium murni (ingot) yang berkualitas baik.
Upaya pembersihan tungku dilakukan dengan mengangkat satu per satu serpihan katoda menggunakan penjepit baja besar yang digerakkan oleh seorang operator. Para pekerja terlihat tenang meski hanya berjarak beberapa centimeter dengan tungku terbuka dan serpihan katoda yang masih membara.
Tungku itu memancarkan gelombang elektromagnetik serta panas hingga 1.000 derajat celcius. Dalam kondisi tertutup saja panasnya terasa begitu menyengat, seperti mampu mendidihkan keringat di ke bawah kulit. Apalagi dalam jarak yang hanya beberapa centimeter untuk mengawasi, merapikan atau memperbaiki tungku yang terbuka jika ada masalah. Suasananya persis gambaran tungku neraka yang dikisahkan saat kita kecil dulu.
“Tidak ada toleransi untuk satu kesalahan. Semua harus dilakukan sesuai SOP (prosedur operasi standar) agar tidak ada kecelakaan,” kata Yudha Putra Utama, Supervisor di Potline-1 peleburan itu saat berbincang dengan iNews, awal September 2023 lalu.
Yudha mengatakan, dalam bekerja mereka harus berhadapan dengan risiko terbakar dan terkena serpihan bara. Itu karena proses pembersihan tungku harus tetap dalam keadaan tungku menyala. Tungku harus terus beroperasi kecuali mengalami kerusakan, pemeliharaan atau atau pergantian komponen. Dalam kondisi normal, tungku mampu beroperasi nonstop lebih dari enam tahun.
“Tungku harus tetap hidup, agar tetap efisien. Jadi kita yang harus menyesuaikan. Memitigasi agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Alhamdulillah sepanjang tahun 2023 ini tidak ada kecelakaan kerja yang signifikan. Hanya kecelakaan minor saja,” kata Yudha sambil menunjukkan beberapa bekas luka bakar terkena serpihan bara katoda di tangan kanan dan lehernya.
Editor : Nani Suherni
Follow Berita iNewsSumut di Google News
Bagikan Artikel: